Tren Budaya 2025: Kenapa Anak Muda Lebih Pilih NFT daripada Mobil
Panas Media – Di tahun 2025, pergeseran budaya di kalangan anak muda semakin terasa tajam. Jika dahulu mobil adalah simbol kesuksesan dan kebebasan, kini muncul fenomena yang bikin geleng-geleng kepala: anak muda lebih pilih NFT daripada mobil. Bukan karena tidak mampu beli mobil, melainkan karena nilai, identitas, dan kebanggaan mereka telah bergeser dari benda fisik ke aset digital.
Fenomena ini bukan sekadar tren sesaat. Ini adalah perubahan besar dalam cara generasi muda memaknai kepemilikan, eksistensi, dan status sosial di era digital.
Generasi digital tumbuh bersama media sosial, game online, dan ekonomi kreator. Identitas mereka terbentuk bukan dari apa yang diparkir di garasi, tapi dari apa yang ditampilkan di profil digital. NFT non-fungible token menawarkan hal itu: bentuk kepemilikan unik, bisa dipamerkan, dan punya nilai personal maupun komersial.
NFT kini bukan hanya karya seni digital, tapi juga skin game langka, tiket eksklusif ke event virtual, hingga membership komunitas elit. Punya NFT keren artinya kamu punya akses akses yang dulu hanya bisa dimiliki lewat koneksi atau uang besar di dunia nyata.
Di 2025, tren ini makin kuat. Marketplace NFT semakin terintegrasi dengan media sosial, bahkan status NFT bisa langsung ditampilkan di bio, foto profil, hingga unggahan stories. Sama seperti punya mobil sport di dunia nyata, kini cukup dengan menunjukkan NFT langka di feed Instagram atau profil Twitter X, dan kamu langsung dianggap “naik level”.
Baca Selengkapnya: The Key Factors Driving Charleston’s Economic Growth – And What This Means for Investors
Mobil memang masih dibutuhkan. Tapi untuk anak muda urban, apalagi yang tinggal di kota besar dengan transportasi publik canggih dan layanan ride-sharing yang murah, mobil justru dianggap beban. Biaya bensin, servis, pajak, dan parkir terasa tidak sebanding dengan manfaatnya.
Di sisi lain, NFT terasa lebih ringan, fleksibel, dan penuh potensi. Anak muda bisa “beli” NFT dengan modal yang lebih kecil, jual lagi saat harganya naik, atau menjadikannya karya koleksi yang punya cerita personal. Nilainya bisa naik gila-gilaan, atau malah jadi modal masuk komunitas eksklusif kreator, investor, atau gamer profesional.
Memiliki NFT juga tak lagi terasa teknis. Platform seperti OpenSea, LooksRare, atau bahkan marketplace bawaan di Instagram dan TikTok kini menyederhanakan proses beli-jual, sehingga semua orang bisa mulai meski tanpa pengetahuan kripto yang mendalam.
Salah satu alasan kenapa anak muda lebih pilih NFT daripada mobil adalah karena identitas digital kini lebih dominan daripada identitas fisik. Anak muda lebih banyak menghabiskan waktunya di ruang digital Zoom, Discord, TikTok, Instagram, Metaverse dibandingkan di ruang publik fisik.
Kepemilikan NFT memberikan mereka cara baru untuk mengekspresikan diri: entah sebagai kolektor, seniman, gamer, atau investor. Di era di mana self-branding dan eksistensi digital menjadi hal utama, NFT bisa berbicara lebih banyak daripada mobil yang jarang dipakai dan tak pernah muncul di feed.
Apalagi, anak muda kini sangat sadar lingkungan. Mobil dianggap simbol polusi, kemacetan, dan konsumsi berlebihan. Sedangkan NFT, meski sempat dikritik karena penggunaan energi blockchain, kini banyak yang sudah berbasis teknologi ramah lingkungan seperti Ethereum 2.0 dan Polygon.
NFT juga menjadi gerbang pertama anak muda untuk masuk ke dunia investasi digital. Mereka melihat NFT sebagai aset yang bisa dikoleksi dan diuangkan. Bukan rahasia lagi bahwa banyak anak muda yang berhasil meraup keuntungan besar dari proyek NFT sejak 2021, dan kini makin banyak proyek dengan nilai tambah: akses event, royalty kreator, bahkan passive income.
Bandingkan dengan mobil yang nilainya terus turun setiap tahun. NFT justru bisa naik nilainya, terutama jika masuk dalam koleksi terbatas atau tren budaya tertentu.
Selain itu, anak muda lebih tertarik pada sistem ekonomi desentralisasi. NFT memberi mereka rasa kendali, eksklusivitas, dan koneksi langsung dengan komunitas kreator. Tak ada dealer, tak ada pajak parkir. Yang ada adalah peluang, gaya, dan kebebasan menentukan identitas digital sendiri.
Jangan lupakan kekuatan media sosial. Influencer, gamer, dan kreator konten banyak yang memamerkan NFT mereka seperti selebritas memamerkan mobil mewah. Audiens muda yang terinspirasi dari figur digital ini cenderung meniru gaya hidup mereka. Hal ini membentuk persepsi baru bahwa NFT adalah bagian dari elite digital, cara baru menunjukkan status dan selera tinggi.
Mobil mungkin masih keren, tapi NFT adalah yang sedang “in” dan terasa lebih inklusif untuk semua kalangan.
Jelas bahwa fenomena ini bukan sekadar “ikut-ikutan”. Ada alasan sosial, ekonomi, dan psikologis yang membuat anak muda lebih pilih NFT daripada mobil. Mereka hidup di dunia yang berbeda dari generasi sebelumnya dunia yang lebih digital, cepat, fleksibel, dan penuh kemungkinan virtual.